" berpisah ? "
maka kini izinkan aku menyapa pagi bersama mentari menyesap secangkir elegi bukan berarti sengaja membiarkan kau 'tuk pergi membawa hari-hari bersama yang tak 'kan kembali lagi
oh Tuhan,
Dia begitu anggun malam ini
Tak lepas pandanganku padanya
Rinduku bebas melaksanakan tugasnya
Senyum lebar yang tak pernah kusaksikan sebelum-sebelumnya
Benar hadir untuk malam ini,
Tatapan teduh itu berulang-ulang menerobos masuk,
Aku benar-benar larut dalam anggun mu malam ini,
Setiap kata-kata mu bagai Ak-47 tepat mengena akal dan hati ini,
Lagi-lagi aku tidak berani,
Oh Tuhan,
Begitu besarkah perjalanan ini?
Takkan ku coba tancapkan mawar-mawar itu lagi,
Takkan pernah ku patahkan sayap indahnya itu,
Takkan pernah kulakukan Tuhan.
Aku tidak berani
Oh Tuhan
Dari banyak amunisi ku pada-Mu untuknya Berilah dia kesempatan Tuhan.
Biarlah.
Biar rindu ini memuncah,
Biarkan rindu ini menyesal,
Terakhir,
Biarkan rindu ini menguap tepat di atas meja ini
Dalam hati
Kau Benar-Benar Anggun Malam Ini
Ada cinta malam ini,
Benar kurasakan,
Obrolan hangat mu,
Dan kita hanya berdua,
Kurasakan cinta terus menderu tanpa henti dari mu,
Kau Bahagia saja.
Yang gugur biarlah Bunga.
Yang jatuh biarlah Aku.
"Yusuf Hamdani"
Sudahlah,,
Getar senar ini hanya sandiwara,
Sinis menusuk hanya untuk rindu yang dingin beku,
Bela, terka sebagai tameng penepis lara,
Lihatlah,,
Angin malam menari melintas membawa rindu itu kembali,,
Bulan angkuh malam ini,
Dengan tangan di dadanya,
Dia sinis melihat ku, sesekeli dia tertawa,
Lagi-lagi pertanyaan datang keroyokan,
Menyudutkan hati yang kempis berkerut kekosongan,
Tunjukan jari tepat di muka dalam gertakan,
Tiap-tiap kita punya sosok yang kita banggakan,,
Seorang ayah,
Ayah dengan dekapan hangatnya serta tanggung jawabnya,,
Dia yang selalu di sampingmu saat kau tumbuh dewasa,
Sosok dia yang gagah dengan seragamnya,
Sosok dia yang tampak kuat dengan peralatannya,
Banyak hal yang selalu aku Rindukan,,
Ketika lelap dalam dekapannya,
Ketika genggaman kuat tangan saat mulai berjalan,
Ketika pandangan mata nya tak pernah lepas saat aku asik berlari di bibir pantai,,
Ketika cerita perebutan wilayah NKRI dengan mortil di tangan mu,
Ketika bidikan mata tua mu mengenai kotak korek walau hanya dengan senjata mainan,
Ketika kita berburu pelepas waktu sengangmu,
Ketika kita menghabiskan kopi sesekali bercengkrama tertawa,,
Terakhir,,
Ketika nasehat-nasehat singkat karena engkau terganggu dengan selang di hidung mu,,
"AYAH"
Mungkin tugas Mulia mu sudah selesai untuk kami,,
Tapi Masih banyak yang harusnya aku ketahui tentang jalan liku dan lurus yang kau lalui,,
Masih banyak cerita yang harusnya kau dengar dari mulut anak cengengmu ini,
Terimakasih atas waktu singkat itu yah,
Terimakasih atas kisah-kisah itu yah,
Terimakasih karena ayah juga memilih "Wanita Hebat" sebagai Surga untuk kami,,
Kemarin, hari ini ataupun nanti, kau tetap sosok yang kami banggakan, sosok yg selalu kami rindukan,,